Filsafat Kepemimpinan Kristen

Kritik terhadap konsep kepemimpinan diajukan olah Noam Chomsky. Chomsky berkata bahwa orang mensubordinasikan kebutuhan-kebutuhan mereka kepada seseorang (pemimpin) – Noam Chomsky has criticized the concept of leadership as involving people subordinating their needs to that of someone else. Sedangkan pandangan kepemimpinan konvensional menurutnya cukup memuaskan orang-orang sebab mereka diberitahu apa yang harus dilakukan – want to be told what to do. Atau mungkin ada yang bertanya mengapa kami harus tunduk atau melakukan yang tidakmasuk akal. Comsky juga berkata Rasionalitas adalah elemen penting yang hilang ketika seorang pemimpin berkata “percayalah padaku” dan “milikilah keyakinan”. Ini adalah hal yang wajar ketika orang-orang mengikuti pemimpin mereka.

Beralih ke domain public seperti: presiden, senator, wakil-wakil kongres. Mereka ini digelari sebagai pemimpin. Tetapi hal yang aneh adalah apabila ada yang dibawah mereka tidak mengikuti atau melakukan apa yang diperintahkan maka mereka akan dipindahkan atau diganti. Karena itu Comsky berkata belilah rasionalitas. Ia menambahkan “bila ada pemimpin yang datang ke suatu kota dan di sana ada parade atau perayaan tanpa ruang untuk rasionalitas maka itu hanyalah sebuah retorika kosong. Karena itu orang-rang harus bertanya “apakah mereka membutuhkan para pemimpin”?

Di satu sisi, teori great man dikritik bahkan ditinggalkan sebab hanya segelintir orang yang nantinya akan memimpin atau bergantung pada determinisme ilahi, yang tidak ditakdirkan lalu narima eng pandum? Tetapi menatap kenyataan yang ada, bukankah demikian? Tidak semua orang jadi pemimpin, jika ada posisi yang diperebutkan maka muncul kekacauan. Yang memperebutkan juga bukankah orang-orang jempolan? Lalu yang bukan jempolan dipakai sebagai alat (syukur) tapi tak jarang diperalat (ironis). Benarkah? Apanya yang jempolan? Mempunyai kemampuan memimpin dan memiliki problem solving yang oke?, atau penampilannya yang enterteinit? Ataukah jempolan karena punya uang? Di mana-mana yang bukan jempolan selalu jadi tumbal. Pikirkanlah statmant ini, meskipun unsur atau bahaya individualisme, egoisme mengancamnya: KENDALIKANLAH DIRIMU DAN KUASAILAH MIKRO KOSMOSMU YAKNI DIRIMU SENDIRI maka MEREKA – ORANG JEMPOLAN ITU HANYALAH FORMALITAS.  SEBAB TIDAK PUNYA PENGARUH SIKNIFIKANSI ATAS MIKRO KOSMOS. Jika tidak TERIMALAH MEREKA – ORANG JEMPOLAN ITU SEBAGAI JALAN PENGENALAN DIRI (NOH). FILSAFAT KEPEMIMPINAN KRISTEN

Manusia Sebagai Makhluk Eksistensialis

Pada suatu hari di bulan september, tahun 2009, subuh, saya terbangun dan merenungkan tentang manusia, yakni tentang manusia dalam Paradoks. Manusia dalam paradoks: kekuatan nafsu-nafsu dan kekuatan akal budi. Dalam perenungan itu, aku berpikir tentang pengetahuan. Semua makhluk yang disebut manusia berlomba-lomba mencari pengetahuan, baik pengetahuan yang logis rasional dan logis biasa. Logis rasional karena menuntut pertanggungjawaban dengan menghadirkan fakta-fakta dan gagasan-gagasan untuk membuktikannya. Logis biasa, karena semua yang diobrolkan benar adanya (benar bukan berdasarkan fakta tetapi benar bahwa ia sedang berbicara tanpa fakta. Berbicara tanpa fakta itu sendiri adalah sebuah fakta) namun tidak membutuhkan fakta dan gagasan untuk membuktikannya. Aku berpikir rasa ingin tahu manusia hanya setitik lubang kecil namun takterpuaskan secara sempurna, tak tertutup rapat seketika ia tahu. Setelah ia tahu, terbuka kembali lubang kecil itu.

Aku berpikir, semua hal yang ada dibawah kolong langit berputar dalam keteraturan dan kendali Yang Mahakuasa. Dalam regulasi itu, pada umumnya semua untuk kepentingan manusia dan manusia selalu mementingkan diri. Hal yang dianggap sucipun kadang dikorupsi. Bagaimana ya dengan yang fana? Hal itu bukan barang baru bagi manusia, karena manusia kadang menjadi “allah-allah kecil” di dunia dan bagi sesama.

Manusia itu aneh, kadang pandai tapi kadang “bodoh” juga. Cilaka. Tak sepenuhnya rasional tapi tak sepenuhnya juga irasional, begitulah kalau Pascal berpikir soal manusia. Nimbrung pada berpikirnya Pascal tentang manusia, ia tahu bahwa semua yang dikatakan Tuhan baik adanya, bukankah rasional? Ia tahu dan memikirkannya. Tapi “bodoh” juga, karena begitu (misalnya) ada “duit” “kebodohan” pun muncul mendadak. Semoga aku Cuma berpikir dan ada dalam tahap apriori saja.

Kalau begitu, dalam diri manusia terjalin nafsu-nafsu dan rasio. Meskipun ia rasional, namun bila saraf-sarafnya dialiri paling banyak dengan “cairan nafsu-nafsu”, aduh, jadi hilang rasionalitasnya, ciloko maneh (lagi).

Kata orang-orang pandai, perang batiniah dari akal budi melawan nafsu-nafsu telah terjadi dan terbagi dua partai. Yang satu ingin melenyapkan nafsu-nafsu dan menjadi dewa-dewa. Yang lain melenyapkan akal budi dan menjadi hewan-hewan. Namun kedua pihak tidakmampu untuk saling melenyapkan baik nafsu-nafsu maupun akal budi. Akal budi tetap ada dan menuduh kenistaan dan ketidakadilan nafsu-nafsu dan mengganggu ketenangan mereka yang menyerahkan diri kepada nafsu-nafsu itu.

Aku berpikir, kalau sudah demikian, manusia perlu Tuhan. Pengetahuan yang sesungguhnya yang menolong manusia untuk tenang dan tidak menyerahkan diri kepada berbagai nafsu tadi adalah mencari Tuhan dan takut pada Tuhan. Semoga manusia berusaha mencari-Nya. Aku juga takut pada diriku, karena konflik kepentingan. Semoga aku terbebas dari nafsu konflik kepentingan. Salomo berkata, takut akan Tuhan adalah permulaan dari pengetahuan. Ini pengetahuan wahyuni. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK EKSISTENSIALIS

Antara hatiku dan sinar di bola matamu

 

Antara hatiku dan sinar di bola matamu

Hai, gadis kecilku

andai kau tahu betapa rindunya hatiku

andai kau tahu betapa sayangnya diriku padamu

mungkin kau kan melonjak kegirangan

 

di hatiku dan sinar bola matamu

kubaringkan kau di hatiku

dalam bait bait doaku kuletakkan kau

Melalui bait bait doaku kuyakinkan diriku

kau baik baik saja

 

hai, gadis kecilku

di bola matamu tersimpan sejuta asah

di bola matamu tersingkap hatimu

sorot matamu membuatku rasanya terenyuh

 

Hai, gadis kecilku

biarlah doaku menjangkaumu

biarlah doaku memelukmu

biarlah, hanya antara hatiku dan sinar di bola matamu

 

Untukmu gadis kecilku

Pulau Penang, medio mei